Minggu, September 12, 2010

Wisata Lampung (Part 3)

Setelah kemarin kita berwisata kuliner sekarang saatnya untuk menjelajahi alam bebas. Kita mulai dari tempat wisata yang sudah terkenal dan merupakan tempat wisata wajib dikunjungi ketika menyambangi propinsi ini.

Pertama adalah tempat konservasi gajah yang terkenal di Lampung, yaitu WAY KAMBAS. Sebuah tempat yang menjadi big rock dan motivasiku ketika harus tinggal di Bandar Lampung selama dua bulan untuk job training tempet kerjaku. Sebuah suakamargasatwa yang namanya selalu aku ingat sejak jaman SD. Ingat dong saat SD ada pertanyaan "apa nama suakamargasatwa di Lampung yang digunakan untuk tempat perlindungan para gajah?"...jawabnya adalah "way kambas"..hohoho,,,akhirnya aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri seperti apa Way Kambas itu..kekekeke...
Perjalanan panjang ditempuh selama tiga jam dari Bandar Lampung jika lewat lintas Lampung Timur. Kalau lewat Metro bisa ditempuh dalam jangka waktu 2 jam. Kebetulan kami menempuh dua jalur yang berbeda ketika berangkat dan pulang, gejolak jiwa muda kami menyebabkan kami cenderung untuk membuktikan sendiri info-info yang kami dapat..dan...semua benar adanya,,kekekeke,,
Kelelahan mengarungi jalan yang berlubang di sana sini tersebut akhirnya terbayar ketika kami melihat sebuah plang hijau bertuliskan "Way Kambas" lengkap dengan arah panah menuju ke kanan. Wow!!kami sampai..ternyata belum..kami harus melewati area hutan selama 30 menit dulu untuk sampai di gerbang Way Kambas dan melewati hutan kembali 30 menit untuk sampai di tempat penangkaran gajahnya.
Gerbangnya Way Kambas

Akhirnya kami menemukan kawanan gajah yang sedang diarak mengelilingi pohon-pohon dan dinaiki para penumpang yang kebanyakan anak-anak kecil. Itu belum seberapa. Kita harus masuk ke area lebih ke dalam lagi untuk melihat gajah-gajah bertebaran di mana-mana. Ternyata pemandangan yang pertama kami lihat adalah kolam air tempat para gajah-gajah mandi..hmm..ternyata tidak hanya sapi dna kerbau saja yang dimandikan, para gajah juga. Gajah cinta kebersihan juga..kekeke,,,dan juga cinta keusilan..karena ada satu gajah centil yang mengganggu pengunjung di pinggiran kolam dengan menggunakan belalainya...hahaha..Oia ada sekeluarga gajah yang terdiri dari bapak gajah-ibu gajah-anak2 gajah yang masih kecil dan gajah ABG yang sedang dimandikan juga...hemm..
Gajah-gajahnya mau mandi

Setelah dimandikan para gajah-gajah ini digiring oleh pawang menuju ke sebuah hamparan rumput di mana sejauh mata memandang hanya ada gajah, gajah, dan gajah,,,peternakan gajah. Mereka hidup damai di sana, tapi sayang kaki mereka dirantai. Tapi ada ceritanya mengapa mereka sampai dirantai, Jadi jaman dulu para kawanan gajah ini sering menyerang perkebunan warga sekitar dan merusaknya karena mereka kelaparan. Maka marahlah para warga dan mereka sampai membunuh gajah serta mengambil gadingnya unuk dijual, padahal gajah sudah termasuk hewan langka dan wajib dilindungi. Jika ditelusuri mengapa sampai mereka menyerang eprkebunan warga karena para warga tersebut jaman dulu sering merusak hutan yang merupakan tempat untuk mencari makanan bagi para gajah-gajah tersebut. Jadi salah siapa...tanya mengapa..hehehe...tapi sekarang ini penulis melihat para penjaga gajahnya sudah memperhatikan kesejahteraan para gajah, dan merantainya supaya tidak kabur.
Sejauh mata memandang hanya rumput dan GAJAH!!

Rupa-rupanya dari beberapa kawanan gajah yang amat sangat banyak tersebut beberapa gajah dikader untuk melakukan pertunjukan. Pertunjukan dilakukan di area tersendiri dan harus melewati kolam pemandian gajah. Bisa jalan kaki atau ambil kendaraanmu menuju ke sana. Saran penulis sih ambil mobil di parkiranmu dan bawa ke area pertunjukan, biar kamu bisa pulang kalo dah selesai.
FYI pertunjukan atraksi gajah tidak dilakukan setiap hari, hanya saat musim liburan dan tanggal merah saja,,,heemmm...jadi pastikan kedatanganmu ke sana agar tidak menyesal..tapi paling engga bisa ketemu ama om gajah kaan...kekeke..

Big rock keduaku setelah Way Kambas adalah mengunjungi icon propinsi Lampung yang terkenal dengan MENARA SIGER-nya. Siger adalah lambang topi pengantin wanita di pakaian adat Lampung..heemm...kata temenku yang asli orang Lampung, aku bisa melihat lambang siger saat naik kapal dan mulai merapat ke pelabuhan Bakauni. Akan tetapi waktu itu aku naek pesawat dan belum melihat dengan mata kepalaku sendiri. Oleh karena itu berbekal dengan info teman yang pernah ke sana maka berangkatlah kami menuju ke tempat wisata tersebut. Perjalanan ditempuh selama dua jam dari Bandar Lampung.
Menara Siger,,icon Propinsi Lampung

Sampai di sana ternyata ga pake tiket masuk, cuma sumbangan ala kadarnya..hemmm...pemandangan yang bisa kami lihat di tempat ini selain menara sigernya adalah lautan biru luas lepas lengkap dengan pulau-pulaunya, pelabuhan Bakauni dengan aktivitasnya, dan juga hamparan hijau sawah dan hutan. Seandainya saja pemerinta serius menggarap tempat ini pasti akan cantik. Saat penulis datang ruangan dalam gedung belum digarap dengan optimal, masih banyak ruang kosong bahkan ada yang bocor (saat penulis datang sedang hujan lumayan lebat). Selain itu Tugu Kilometer Nol pun sudah retak-retak ubinnya. Yang paling menyedihkan adalah sisi kebersihannya, gazebo-gazebo yang terbangun dengan cantik dibiarkan kotor dan banyak kotoran burung di dalamnya.
Padahal tempat ini berpotensi menjadi tempat wisata untuk sekedar merenung sambil memandang laut lepas atau sekedar mencari inspirasi untuk menciptakan sebuah lagu...ceileee...kekeke...

Beberapa teman memberikan informasi dan sekaligus mengajakku untuk melihat lumba-lumba di laut bebas. Tentu saja tawaran ini tidak akan sia-sia jika datang kepadaku, jiwa petualangku muncul,halah,hahaha..maka berangkatlah kami dengan sebuah mobil sewaan menuju ke TELUK KILUAN. Sebenarnya menurut warga pekon (desa,red) setempat, Teluk Kiluan adalah nama sebuah teluk tempat kami menginap, tepatnya di sebuah pulau tempat kami menginap semalam menunggu pagi, sedangkan tempat melihat para lumba-lumba di laut lepas adalah Teluk Semangka.
Rute panjang dan jalan yang off road habis ditempuh dalam jangka waktu kurang lebih 3 jam. Untuk mencapai ke Teluk Lumba-lumba kami sudah kesorean, sehingga harus menunggu pagi dulu. Untuk itu kami menginap di cottage di sebuah pulau kecil di Teluk Kiluan. Ongkos sewanya semalam IDR 150rb. Tapi jangan bayangkan tempat yang mewah dengan spring bed dan KM dalam. Yang ada adalah sebuah rumah kayu 6 kamar dengan kamar mandi luar ala kadarnya dan tidak ada listrik. Genset akan hidup pukul 6 sore sampai pukul 11 malam. Sinyal susah dicari kecuali dari Telkomsel (maaf nyebut merk), itupun harus mencari sinyal di pinggir pantai. Oleh karena itu saran penulis penuhilah batre-batre hape, kamera, dan video kalian sebelum berangkat. Jangan dinyalakan kalau tidka dibutuhkan. Hemat energi.
Penginapan mantabbb!! :D

Pemandangan pertama yang disuguhkan saat menyebrang ke pulau dan melihat pulau yang akan kami tinggali semalam adalah degradasi warna air laut yang Subhanallah..takjub abis....takjubnya lebih dari saat melihat kejernihan pantai wediombo, jogja saat belum terpublikasi..Jernih abis dan biru turquoisnya kena banget..enak banget buat berenang sesorean dan menelusuri pantainya sore hari sambil menikmati sunset....heemm...
Pantainya mantabb abiiss..

Makan malam kami seadanya pesen sama empunya cottage dan dimasakkan ikan laut seadanya dengan lauk nikmat karena lapar...hihihi..
Pagi hari saat bangun pukul 6 waktunya bertualang ke tengah laut menggunakan perahu jukung mencari lumba-lumba..yippie.,,kesalahan fatal kami wkatu itu itu tidak menggunakan rompi penyelamat. Bener-bener menyerahkan diri pada sang alam. Jadi penulis ingatkan kalau mau naek perahu ke tengah laut ingatkan ma pemilik perahu untuk meminjamkan rompi2 tersebut, supaya bisa ngambang kalo-kalo ada apa-apa.
Perahu jukung hanya bisa dimuat paling banyak empat orang dalam satu perahu termasuk si pak nelayannya. Jangan ambil resiko masukkin banyak orang biar murah,,utamakan selamat,,kekeke..
Setelah berputar-putar di tengah laut selama dua jam, panas dan lelah..sampailah kita benar-benar di laut lepas dengan daratan yang hanya segedhe kuku nun jauh di sana. Saat-saat hampir putus asa itulah kami melihat gerombolan sirip naik turun dalam air....wooaaa,,,lumbaa lumbaaa,,,makan dulu..hahaha,,,lumba-lumba mulai berdatangan, berenang di bawah perahu kami, di kana dan kiri kami. Ikan yang banci tampil, seneng banget kalau kita kasi applause di setiap penampilannya. Kita poto2..bahkan ada atraksi menari di udara,,iiihh woowww...dan yang membuat lelah kami yang teramat sangat bisa terbayar adalah jumlah mereka yang banyak abiss,,,ratusan lebih...ribuan mungkin..hahaha...makhluk-makhluk lucu ini senang kami datang,,,yippie...
Sungguh tega manusia-manusia yang menggunakan mereka sebagai umpan untuk menangkap ikan hiu,,hax...
Itu lumba-lumba hanya sebagian kueciiilll ajaaa... :D

Lumba-lumba itu sahabat manusia bener...pas kami benar-benar sudah puas, capai dan ingin pulang..para lumba-lumba itu menghantarkan kami sampai pada titik palung terdangkal buat mereka..terimakasih lumba-lumba..^_^

Pemandangan belum selesai. Bapak nelayan yang baik memutarkan perahu kami melihat deburan ombak di sebuah pulau karang tak bernama..sekali lagi ucapan yang bisa kluar dari mulut hanya kata "Subhanallah..",,,sumpaah..keren abis dilihat dari mata kepala sendiri..ampe lupa mau ambil memorinya..heu...

Hemmm...rute ini belum seberapa..
Perjalanan masih panjang kawan!!!

So...tetep sehat tetep semangat!!
Beso kita jalan-jalan lagi....

^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar