Jumat, Oktober 21, 2011

Krakatoa Time

Perjalanan di Lampung ternyata belum selesai. Masih ada beberapa tempat eksotis yang harus dijelajah sebelum berkunjung dan menggeledah kota selanjutnya. :D
Jadii...what time is it?! It's Krakatoa tiimmeee...
Tour kali ini bukan merupakan perjalananku sendiri dengan teman2 bocah ilang yang lain, tetapi lebih ke tour krakatau bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam rangka menyemarakkan Festival Krakatau yang digelar di Propinsi Lampung sebagai tempat dinasku sekarang, from Jogja to Lampung =D.
Gunung Krakatau (induk Anak Krakatau)


Gunung Anak Krakatau yang cantik

Salah satu big rock-ku di sini adalah menuju ke Pulau Anak Krakatau dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, nanti lah kalau sudah tiba waktunya pasti ke sana. Sementara ini saya ikut berpartisipasi dulu bersama para tim kepariwisataan demi mendukung peningkatan rasa kebanggaan akan tempat wisata Indonesia, bahwa di indonesia masih memiliki banyak tempat wisata yang menarik dan layak untuk dikunjungi, Indonesia kaya dengan wisata alamnya tetapi belum banyak yang tahu.

Gunung Anak Krakatau dengan asapnya yang mengepul

Dan salah satu tempat itu adalah Pulau Anak Krakatau, sedangkan sudah banyak wisatawan asing maupun para peneliti datang kesana, tetapi saya sendiri sebagai bangsa Indonesia malah belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri tempat itu.
Kami menyeberang dengan menggunakan kapal roro dari Pelabuhan Bakauheni, karena di sini banyak dubes-dubes yang ikut untuk melihat kemegahan anak Krakatau dan sisa-sisa dari Gunung Krakatau itu sendiri.
Gunung Anak Krakatau di mata para pengunjung

Perjalanan dengan kapal ini ditempuh dengan jangka waktu sekitar kurang lebih 3 jam sampai di Lokasi. Gunung Anak Krakatau sendiri adalah gunung berapi anak dari Gunung Krakatau yang meletus seribu tahun yang lalu dengan letusan yang sangat dahsyat bahkan getarannya sampai terasa di dataran Eropa. Daerah sekitar Gunung Krakatau sendiri seperti Jakarta dan Lampung pasti juga terkena imbasnya.
Batasan tsunami yang ditimbulkan oleh gelombang raksasa akibat letusan ini, untuk dataran Lampung, sampai dengan Taman Dipangga (dekat Polda Lampung). Penandanya dengan adanya rambu laut di tengah Taman Dwipangga. Konon dulu rambu laut yang seharusnya berada di laut ini terlempar sampai dengan tempat ini berada sekarang. Dan diperkirakan tsunami menerjang sampai daerah ini yang kurang lebih berjarak 15 km dari tepi laut. Sehingga untuk mengenang tempat ini maka rambu laut yang terlempar sampai di sini dipasang untuk monumen peringatannya. Rambu laut yang satunya lagi diletakkan di depan Museum Lampung.
Taman Dipangga depan Polda Lampung


Rambu laut yang terlempar saat tsunami

Kehebatan Gunung Krakatau kala itu mengusik semua penduduk di dunia, bahkan oleh para produser industri film di luar dibuatkan film Krakatoa yang mengungkapkan kembali cerita kedahsyatan Krakatau kala itu *kenapa Indonesia malah ga buat yah??!!*. Dan sekarang gunung yang menggetarkan seluruh dunia tersebut hanya tinggal separuhnya saja.

Rambu laut da relief meletusnya krakatau

Anak Gunung Krakatau yang terletak tidak jauh dari induknya sekarang sudah menampakkan kegarangannya. Meskipun tidak setinggi induknya ataupun setinggi Gunung Merapi di Jogja, tetapi anak gunung ini menyimpan potensi yang berbahaya jika sampai meletus. Terlihat dari kawah gunung yang lebih lebar dengan asap yang mengepul meskipun sedang diam. Kondisi di sekitar bibir kawah hanya berupa pasir-pasir tandus pertanda betapa panasnya suhu kawah gunung ini. Tanaman cagar alam berada di daerah tepi pantai dekat dengan pesisir laut dan itupun tidak seberapa banyak.

Sisi lain Gunung Anak Krakatau


Pesisir Gunung Anak Krakatau dan Petugas penjaganya

Aturan yang harus diterapkan jika kita menginjakkan kaki di pulau ini adalah kita tidak boleh jongkok, karena udara di daerah 20 cm di atas tanah ini masih mengandung sulfur yang berbahaya untuk kesehatan jika terhirup oleh kita. Jika terhirup akibat pertamanya adalah kita akan merasa lemas dan lama-lama bisa menimbulkan kematian dalam waktu yang tidak lama. Seperti pepatah "ibarat gunung es, tampak di luar kecil dan besar di dalam air" tampaknya pepatah ini bisa diterapkan untuk gunung ini. Konon menurut perhitungan jika nanti gunung Anak Krakatau ini meletus akan jauh lebih besar daripada induknya.. ooh eemm jii,,,mari kita kembalikan masalah tersebut kepada Yang Di Atas.. semoga semua baik-baik saja..

Diam-diam menghanyutkan

Begitulah sekilas perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau kali ini. Nanti kalau ada trip selanjutnya semoga aku ada waktu untuk menuangkannya dalam coret2an kata-kata di sini,,

Tetap sehat...tetep semangat,,
Beso kita jalan-jalan lagi
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar